Kamis, 24 November 2011

Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Dakwah

Ada seorang teman bertanya kepada saya, yang intinya begini:

1.   Banyak orang berargumen bahwa berdakwah dengan materi yang itu-itu saja, maka akan memubadzirkan banyak hal. Bagaimana menyikapi hal ini?
2. Kenapa umat Islam tidak berdakwah fokus pada bidang-bidang tertentu saja sebagaimana yang dilakukan orang Kristen? Misalnya di bidang pendidikan atau kesehatan.
3.   Bagaimana dengan nasyid yang digunakan untuk berdakwah? Apakah itu efektif atau tidak? Sebab ada yang bilang hal itu adalah efektif untuk berdakwah.

Menurut saya, begini:
Memang benar, bahwa dakwah itu aktivitas menyeru kepada kebaikan mencegah dari perbuatan yang munkar. Orang yang fokus dakwahnya pada permasalahan-permasalahan fikih maka akan memfokuskan pada pembahasan masalah fikih seperti salat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah mahdhah lainnya. Demikian pula seseorang yang berdakwah dalam bidang yang lainnya.

Dakwah memang harus memiliki skala prioritas dan arah dakwah yang jelas. Tidak hanya itu. Dakwah harus benar-benar fokus ke titik permasalahan atau inti permasalahan. Jika dakwah hanya berkutat pada permsalahan cabang, maka hal itu hanyalah upaya tambal sulam yang tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan.

Kadang-kadang argumentasi seseorang adalah dakwah itu harus ke bidang masing-masing. Misalnya, dakwah dalam bidang pendidikan, dalam bidang kesehatan, dalam bidang perburuhan/ketenagakerjaan, seni, pertanian, dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka jawabannya adalah sebagai berikut.
Kita semua harus paham, bahwa fokus permasalahan umat sebagaimana yang dipandang oleh hizb adalah ‘melangsungkan kehidupan Islam’. Itulah permasalahan umat. Permasalahan umat, bukan masalah akhlak. Permasalahan umat, bukan masalah ekonomi. Permasalahan umat bukanlah prmasalahan kemajuan sains dan teknologi. Tetapi permasalahan umat adalah ‘melangsungkan kehidupan Islam’. Itulah permasalahan umat.

Ketiadaan kehidupan Islam itulah permasalahan umat islam yang sesungguhnya. Ketiadaan instaitusi penegak Islam secara kaffah itulah permasalahan umat. Ini adalah qadhiyah mashiriyah (permasalahan utama dan terpenting) dalam diri kaum muslimin. Dengan memahami hakikat qadhiyah mashiriyah itu, maka seseorang akan berusaha untuk menyelesaikannya terlebih dahulu. Mengapa? Ya namanya juga permasalahan utama. Sehingga, jika permasalahannya adalah ketiadaan khilafah Islam, maka dakwah yang harus didahulukan adalah dakwah menuju tegaknya khilafah Islam. Sebab, tegaknya khilafah Islam adalah tegaknya kehidupan Islam.

Jika yang dimaksudkan adalah objek dakwahnya seperti dokter, guru, saintis, atau yang lainnya, maka jawabannya adalah sama. Sebab, pada hakikatnya manusia itu memiliki potensi hidup yang sama. Mereka memiliki akal pikiran yang mampu membedakan mana roti mana granat, mana manis mana pahit, dan sebagainya.

Yang membedakan hanyalah fokus kajiannya saja. Seorang dokter tentu lebih fokus ke bidang kesehatan, bukan kemiliteran. Seorang guru fisika pasti fokus ke bidang fisika (eksak) bukan ke bidang IPS atau yang lainnya. Hal itu bukanlah penghalang untuk berdakwah kepada tegaknya khilafah. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, semua bidang bisa digunakan untuk menyampaikan dakwah ‘melanjutkan kehidupan Islam’ sebab, semua itu juga merupakan bagian dari kehidupan manusia.

Objek dakwah yang belum paham akan wajibnya salat tentu berbeda dengan objek dakwah yang sudah paham akan salat. Yang belum paham maka akan cukup bermanfaat. Tetapi bagi yang sudah paham, akan terkesan mubadzir. Ini benar adanya. Kadang-kadang orang mengulang-ulang dengan alasan mengingatkan. Ini sah-sah saja.

Demikian pula dakwah ‘melanjutkan kehidupan Islam’. Bagi yang belum paham, tidak akan mubadzir. Bagi yang sudah paham, maka ini akan mengokohkan kegigihan mereka.

Semua tinggal cara pandang seseorang terhadap qadhiyah mashiriyahnya. Dan permasalahan utama kaum muslim saat ini, bukanlah masalah fikih, tetapi tegaknya kehidupan Islam dalam bingkai khilafah Islam.

Dakwah untuk melanjutkan Islam juga tidak bisa dikatakan membebani orang. Sebab setiap kewajiban tidak akan bisa dipandang sebagai sebuah beban. Ilmu Islam itu memang banyak. Dan setiap orang wajib untuk mempelajarinya. Sehingga tidak bisa dikatakan membebani orang ketika kita menyampaikan ilmu-ilmu Islam. Kita hanya menegaskan bahwa ilmu-ilmu Islam itu banyak, dan setiap muslim memang wajib mempelajari. Tidak ada istilah membebani. Sebab kita tidak menambah-nambah satu hukum atau satu ilmu. Kita hanya menyerukan saja, bahwa umat Islam memang wajib menuntut ilmu (baik itu fikih, ibadah, muamalah, dan lain sebagainya). Masalah orang meerima atau tidak, itu pilihan mereka bukan urusan kita. Urusan kita hanyalah menyampaikan saja.

Lalu bagaimana dengan dakwah di bidang yang lain? Seperti kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya seperti yang dilakukan banyak orang termasuk orang kafir?

Benar, bahwa permasalahan umat Islam sudah sangat kompleks. Sehingga ada yang berpendapat hendaknya umat Islam mempelajari bidang-bidang tertentu untuk berdakwah di bidangnya tersebut. Ini benar. Memang seperti inilah adanya. Tetapi tetap saja, konten atau materi yang didakwahkan memang harus qadhiyah mashiriyah. Orang Islam mempelajari kesehatan, bukan untuk menarik agar orang masuk Islam dengan kebaikan-kebaikan pelayanan yang dia berikan. Tetapi, dengan mempelajari bidang kesehatan hendaknya seorang muslim bisa menjadikannya sebagai salah satu bahan (media) untuk mendakwahkan islam dalam bidang kesehatan.

Bagi orang Islam, dakwah dalam bidang apapun tidak masalah. Asal dia memahami betul hakikat qadhiyah mashiriyahnya. Jika dia berdakwah melalui dunia pendidikan, maka dia akan menyampaikan bagaimana Islam menyelesaikan permasalahan dalam bidang pendidikan, apa kurikulumnya, pengurusannya, dan sebagainya. Demikian pula dalam bidang kesehatan. Dia akan mendakwahkan bagaimana cara Islam menyelesaikan permasalahan di bidang kesehatan, hukum operasi kulit, hukum perubahan kelamin, pengelolaan dan pembiayaan kesehatan oleh negara, dan sebagainya.

Sedangkan orang kafir, sebenarnya mereka tidaklah berdakwah bergerak di bidang kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Mengapa? Sebab, pendidikan, kesehatan, dan semuanya itu hanyalah sarana berdakwah, bukan sesuatu yang didakwahkan. Sebab, dalam Injil (atau kitab suci agama lain) tidak pernah dijelaskan bagaimana memandang suatu permasalahan.

Sebagai contoh adalah dan kesehatan. Injil tidak pernah membahas bagaimana kesehatan itu harus diatur. Tidak. Tidak akan ditemukan di sana. Sekalipun Injil lebih tebal daripada Alquran, tetapi tidak pernah ditemukan bagaimana cara Kristen menyelesaikan problem di bidang kesehatan.

Sebab, ketika orang-orang Kristen membangun rumah sakit-rumah sakit atau sekolah-sekolah Kristen, itu hanyalah sarana untuk mengkristenkan orang. Melalui dua bidang itu, mereka berupaya mengkristenkan orang. Baik itu dengan kurikulum untuk bidang pendidikan, atau dengan ‘kebaikan-kebaikan’ pelayanan dalam bidang kesehatan. Sehingga mereka berharap, dari situ akan ada orang yang mau diajak masuk Kristen dan meninggalkan ajaran agama mereka.

Dari sini, jelas sekali perbedaan yang dituntut Islam dan yang dituntut Kristen. Yang dituntut Islam adalah kesadaran orang untuk masuk Islam. Setelah melalui proses berpikir yang mendalam, kemudian mereka sadar bahwa mereka harus masuk Islam. Seperti inilah yang ditempuh Rasulullah saw. Ingat, Islam itu bukanlah agama doktrin.

Islam tidak pernah mengajarkan agar umatnya untuk berdakwah dengan cara berakhlak, kemudian setelah itu orang yang mengetahui kebaikan akhlak Islam, maka akan ada orang masuk islam. Tidak. Islam tidak seperti itu. Rasulullah saw. berakhlak baik, bukan agar orang masuk Islam. Tetapi ketika Rasulullah berakhlak baik, itu hanyalah melaksanakan perintah Allah. Kalaupun ada orang yang  masuk Islam, karena mengetahui kebaikan akhlak Rasulullah, mereka juga masih harus dituntut kesadarannya bahwa Islam memang agama yang benar. Bukan setelah masuk Islam karena kagum akan akhlak Rasulullah, kemudian selesai. Tidak. Tidak demikian. Semuanya butuh yang namanya kesadaran.

Tetapi tidak bagi orang-orang Kristen. Mereka membiayai orang Islam untuk sekolah, kuliah, atau menggratiskan kesehatan di rumah sakit-rumah sakit Kristen, itu hanyalah merupakan doktrin. Orang-orang Islam yang masuk atau kagum akan sikap orang-orang Kristen ini, sebenarnya tidaklah paham dan mantap keyakinannya. Mereka hanya kagum untuk sesaat saja.

Ada juga orang yang ‘berdakwah’ dalam bidang seni seperti adanya nasyid-nasyid atau grup band yang ‘Islami’ seperti Wali atau grup band yang menghasilkan album religi. Mereka berasumsi, bahwa dengan cara seperti itu mereka akan dapat mengubah seseorang dari yang kepribadiannya tidak Islami menjadi orang yang memiliki kepribadian Islami. Asumsi ini kurang tepat. Kesimpulan ini didasarkan pada asumsi, ‘ketika orang mendengar nyanyian religi, maka dia akan mampu mengapresiasikan diri dalam hal-hal yang sifatnya keagamaan’. Asumsi ini tidak tepat.

Lihatlah orang-orang yang menyanyikan lagu-lagu religi itu. Adakah terlihat dari pola sikap dan pola pikirnya setelah mereka menyanyikan album religi? Justru itu sekarang malah menjadi bisnis tersendiri yang mampu meraup berbagai keuntungan materi.

Jika dibilang positif, memang keberadaan nasyid-nasyid itu memang positif. Tetapi dari sisi keefektifan dakwah, jelas hal tesebut jauh. Lihatlah ustadz-ustadz yang suka menyanyikan lagu religi itu. Jika ditanya bagaimana pandangan mereka tentang penerapan hukum Islam, apa yang akan mereka katakan? Bahkan selama ini tidaklah pernah terdengar bagaimana ustadz-ustadz dan grup-grup band yang suka menyakikan lagu religi itu menyanyikan lagu bertma penerapan syariat Islam, melangsungkan kehidupan Islam, tegaknya khilafah Islamiyah, dan lain sebagainya.

Rata-rata nasyid-nasyid itu kebanyakan hanyalah nasyid yang banyak membahas tentang akhlak dan pembinaan diri. Tetapi, pembinaan diri itu pun tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas kesadaran diri akan pentingnya penerapan syariat Islam.

Namun demikian, sah-sah saja orang berdakwah dengan uslub apa pun, selama tidak melanggar syariat, termasuk melalui musik.

Demikianlah jawaban saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar