Masih banyak orang yang belum memahami hakikat permasalahan yang
dihadapinya. Umat Islam sendiri masih kebingungan dengan permasalahan
yang dihadapinya sehingga cara untuk menyelsaikannya pun masih bersifat
tambal sulam.
Setelah runtuhnya khilafah Islam di Turki
pada tahun 1924, kaum muslimin seperti seekor anak ayam kehilangan
induk. Yang ada justru mereka siap menjadi santapan raksasa-raksasa
kafir yang rakus. Para ulama menyebut tahun runtuhnya khilafah Islam
adalah sebagai ummul jara’im (pangkal kejahatan). Oleh karena itu,
solusi atas itu semua adalah dengan mengembalikan kondisi semula dengan
tegaknya khilafah Islam.
1. Permasalahan utama kaum muslim bukanlah masalah ekonomi
Ada
yang berpendapat bahwa masalah utama kaum muslim adalah masalah
ekonomi. Asumsinya, jika kaum muslimin memiliki kekuatan perekonomian
yang kuat, maka kaum muslimin akan bisa bangkit dari keterpurukan. Hal
ini tidak benar. Permasalahan iya, tetapi jika permasalahan utama jelas
tidak.
Jika kita melihat fakta ‘kebangkitan’ itu sendiri,
maka kita akan menemukan fakta bahwa kebangkitan itu tidak ada
hubungannya sama sekali dengan ekonomi. Sebutlah Amerika. Amerika saat
ini dipandang sebagai negara adidaya, super power. Padahal Amerika
hanyalah sebuah tanah jajahan yang dijajah bangsa Eropa. Tetapi mengapa
kini Amerika bisa bangkit dengan kekuatannya yang besar melebihi
kekuatan bangsa- bansga Eropa? Apakah dengan kekuatan ekonomi?
Jawabannya: jelas tidak. Bagaimana bisa Amerika bangkit sementara mereka
masih dijajah Inggris? Apakah dengan ekonomi? Tidak.
Kebangkitan
Amerika terjadi setelah George Washington menggerakkan revolusi
melakukan perlawanan (di luar sistem penjajah) dengan mengobarkan
semangat perlawanan rakyat terhadap Inggris. Gerakan yang digagas George
Washington itu membuka kesadaran rakyat Amerika tentang perlawanan dan
kebangkitan rakyat Amerika. Setelah itu ternyata Inggris mampu
dikalahkan dan Amerika bangkit dari keterpurukan beberapa ratus tahun
kemudian, bahkan melebihi Inggris. Pertanyaannya: apakah kebangkitan
Amerika itu dipicu oleh kekuatan ekonomi Amerika? Jelas tidak. Justru
Amerika pada waktu itu adalah negara terjajah, bukanlah negara yang kuat
ekonominya. Tetapi berkat kesdaran rakyat Amerika, revolusi pun
digerakkan.
Contoh lain adalah Uni Soviet. Sebelum bernama
Uni Soviet, negara ini dipegang oleh kekaisaran (Tsar) Nicolas II yang
sangat kapitalistik. Tetapi apakah kebangkitan komunisme juga digerakkan
oleh kekuatan-kekuatan ekonomi rakyat? Jelas tidak. Justru yang
menggerakkan perubahan besar itu adalah Revolusi Bolshevik yang dipimpin
Lenin. Dan penggeraknya adalah rakyat yang didominasi kaum buruh serta
rakyat jelata (proletar). Lalu dimana kekuatan ekonominya? Tidak ada!
Contoh
lain, lihatlah kekuatan ekonomi negara-negara Arab. Mereka memiliki
kekuatan ekonomi yang cukup hebat. Tetapi mengapa mereka masih juga
berada dalam keterpurukan? Sistem sosial mereka amburadul (kacau).
Justru mereka berada di bawah ketiak negara-negara kafir imperialis.
Lalu dimana kebangkitannya? Bangkit jadi kacung?
Demikian
pula kebangkitan para sahabat Rasulullah saw. Jika dilihat bagaimana
perjuangan Rasulullah dalam membangkitkan umat, semua itu tidak ada
hubungannya dengan ekonomi. Justru para sahabat kebanyakan adalah orang
miskin. Hanya sedikit yang kaya. Tetapi nyatanya bisa bangkit. Dan
kebangkitan yang diraih Rasulullah dan para sahabatnya adalah
kebangkitan yang bersumber dari kesadaran bukan yang berasal dari
kekuatan ekonomi.
2. Permasalahan utama kaum muslimin bukanlah akhlak yang rusak
Ada
yang beranggapan bahwa keterpurukan kaum muslimin adalah karena akhlak
yang rusak. Jika akhlak kaum muslimin baik maka kaum muslimin akan bisa
bangkit menjadi umat yang mulia. Demikian asumsinya. Permasalahan, iya.
Tetapi persoalan utama, bukan.
Mereka juga berargumen dengan dalil,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti.” (QS. Al Qalam: 4)
Atau hadis,
“Sesungguhnya aku ini diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
Hal ini bisa dibantah sebagai berikut.
Benar,
akhlak adalah salah satu bagian dari ajaran Islam. Tetapi tidak boleh
dipahami bahwa Islam ada semata-mata untuk berakhlak. Tidak. Ini tidak
benar. Kita tidak bisa menilai akhlak hanyalah sekedar nilai-nilai
universal yang terlepas dari hukum syara’. Tidak. Tidak seperti itu.
Kejujuran, amanah, disiplin, rasa hormat kepada yang lebih tua, dan
lain-lain juga merupakan akhlak yang baik. Bahkan semua agama sepakat
bahwa itu adalah akhlak yang baik. Orang Kristen, Budha, Hindu, bahkan
orang atheis pun tahu bahwa itu semua adalah akhlak baik.
Tetapi
berbeda dengan Islam. Orang Islam melaksanakan berbagai akhlak di atas
bukanlah untuk melaksanakan nilai-nilai universal, tetapi untuk
melaksanakan perintah Allah. Seorang muslim jujur, itu untuk memenuhi
seruan Allah. Bukan karena ‘jujur sehingga harus harus dilaksanakan’.
Seorang muslim juga harus paham, kapan dia jujur dan kapan dia harus
tidak jujur. Ketika dia berjual beli, dia harus jujur. Namun ketika
berada dalam tawanan musuh, dia tidak boleh berkata jujur.
Orang-orang
Budha itu terkenal sebagai orang-orang yang menjunjung tinggi
nilai-niali akhlak. Tetapi apakah kita melihat kebangkitan orang-orang
Budha? Justru yang ada, mereka mundur terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan duniawi. Tetap saja mereka disebut masyarakat kufur.
Apakah kalau orang Budha sudah jujur, tidak membunuh, saling
menghormati, melaksanakan amanah, apakah dengan itu semua lantas kita
katakan mereka sudah bangkit dan menjadi masyarakat yang Islami?
Adapun
yang berkaitan dengan dua dalil di atas, kita harus mendudukkan pada
proporsinya, bukan secara asal 9serampangan). Mufassir terkenal seperti
Imam Al Qurthubi Mujahid, Imam Ath Thabari menyatakan bahwa kata ‘khulq’ dalam ayat di atas bukan hanya sekedar akhlak, tetapi juga ‘diin’
atau agama. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari disebutkan,
ketika ‘Aisyah ditanya tentang rasulullah saw. beliau menjawab, bahwa
akhlak Nabi saw. adalah Alquran.
Persoalan utama kaum muslim adalah melangsungkan kehidupan Islam
Sesungguhnya
persoalan utama kaum muslim adalah melangsungkan kehidupan Islam dalam
bingkai daulah khilafah Islamiyah. Langkah yang harus ditempuh adalah
melakukan perubahan secara mendasar terhadap pemikiran umat Islam yang
ada saat ini dari yang berpemikiran bukan Islam menjadi umat yang
berpemikiran Islam.
Umat Islam harus dicerahkan
pemikirannya dengan pemahaman yang ideologis. Islam tidak boleh
diberikan hanya dalam ibadah-ibadah moral ritual belaka. Islam harus
diberikan sebagai sebuah sistem yang mampu menyelesaikan segala problem
kehidupan sebagaimana Rasulullah mengajarkan untuk menylesaikan
persoalan sesuai dengan ayat-ayat dan sunah beliau.
Persoalan
utama kaum muslimin adalah melangsungkan kehidupan Islam. Persoalan ini
adalah persoalan yang harus dijadikan hidup dan matinya kaum musimin.
Maksudnya adalah jika kaum muslimin tidak berupaya menegakkan Islam,
maka kematian islam sebagai solusi berarti telah datang. Na’udzubillah..
sebaliknya, ketika Islam tegak diemban oleh negara, maka kehidupan
Islam itu tegak secara nyata.
Allah memerintahkan kepada
umat Islam untuk menegakkan aturan-aturan-Nya. Menegakkan
aturan-aturan-Nya secara kaffah adalah persoalan utama kaum muslimin.
Allah berfirman,
“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di
antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka,
supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki
akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa
mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik.” (QS. Al Maidah: 49)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar