Ada seorang teman bertanya kepada saya, yang intinya begini:
1. Banyak orang berargumen bahwa berdakwah dengan materi yang itu-itu
saja, maka akan memubadzirkan banyak hal. Bagaimana menyikapi hal ini?
2. Kenapa umat Islam tidak berdakwah fokus pada bidang-bidang tertentu
saja sebagaimana yang dilakukan orang Kristen? Misalnya di bidang
pendidikan atau kesehatan.
3. Bagaimana dengan nasyid yang
digunakan untuk berdakwah? Apakah itu efektif atau tidak? Sebab ada yang
bilang hal itu adalah efektif untuk berdakwah.
Menurut saya, begini:
Memang
benar, bahwa dakwah itu aktivitas menyeru kepada kebaikan mencegah dari
perbuatan yang munkar. Orang yang fokus dakwahnya pada
permasalahan-permasalahan fikih maka akan memfokuskan pada pembahasan
masalah fikih seperti salat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah mahdhah
lainnya. Demikian pula seseorang yang berdakwah dalam bidang yang
lainnya.
Dakwah memang harus memiliki skala prioritas dan
arah dakwah yang jelas. Tidak hanya itu. Dakwah harus benar-benar fokus
ke titik permasalahan atau inti permasalahan. Jika dakwah hanya berkutat
pada permsalahan cabang, maka hal itu hanyalah upaya tambal sulam yang
tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan.
Kadang-kadang
argumentasi seseorang adalah dakwah itu harus ke bidang masing-masing.
Misalnya, dakwah dalam bidang pendidikan, dalam bidang kesehatan, dalam
bidang perburuhan/ketenagakerjaan, seni, pertanian, dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka jawabannya adalah sebagai berikut.
Kita
semua harus paham, bahwa fokus permasalahan umat sebagaimana yang
dipandang oleh hizb adalah ‘melangsungkan kehidupan Islam’. Itulah
permasalahan umat. Permasalahan umat, bukan masalah akhlak. Permasalahan
umat, bukan masalah ekonomi. Permasalahan umat bukanlah prmasalahan
kemajuan sains dan teknologi. Tetapi permasalahan umat adalah
‘melangsungkan kehidupan Islam’. Itulah permasalahan umat.
Ketiadaan
kehidupan Islam itulah permasalahan umat islam yang sesungguhnya.
Ketiadaan instaitusi penegak Islam secara kaffah itulah permasalahan
umat. Ini adalah qadhiyah mashiriyah (permasalahan utama dan terpenting)
dalam diri kaum muslimin. Dengan memahami hakikat qadhiyah mashiriyah
itu, maka seseorang akan berusaha untuk menyelesaikannya terlebih
dahulu. Mengapa? Ya namanya juga permasalahan utama. Sehingga, jika
permasalahannya adalah ketiadaan khilafah Islam, maka dakwah yang harus
didahulukan adalah dakwah menuju tegaknya khilafah Islam. Sebab,
tegaknya khilafah Islam adalah tegaknya kehidupan Islam.
Jika
yang dimaksudkan adalah objek dakwahnya seperti dokter, guru, saintis,
atau yang lainnya, maka jawabannya adalah sama. Sebab, pada hakikatnya
manusia itu memiliki potensi hidup yang sama. Mereka memiliki akal
pikiran yang mampu membedakan mana roti mana granat, mana manis mana
pahit, dan sebagainya.
Yang membedakan hanyalah fokus
kajiannya saja. Seorang dokter tentu lebih fokus ke bidang kesehatan,
bukan kemiliteran. Seorang guru fisika pasti fokus ke bidang fisika
(eksak) bukan ke bidang IPS atau yang lainnya. Hal itu bukanlah
penghalang untuk berdakwah kepada tegaknya khilafah. Sebagaimana telah
dijelaskan di atas, semua bidang bisa digunakan untuk menyampaikan
dakwah ‘melanjutkan kehidupan Islam’ sebab, semua itu juga merupakan
bagian dari kehidupan manusia.
Objek dakwah yang belum
paham akan wajibnya salat tentu berbeda dengan objek dakwah yang sudah
paham akan salat. Yang belum paham maka akan cukup bermanfaat. Tetapi
bagi yang sudah paham, akan terkesan mubadzir. Ini benar adanya.
Kadang-kadang orang mengulang-ulang dengan alasan mengingatkan. Ini
sah-sah saja.
Demikian pula dakwah ‘melanjutkan kehidupan
Islam’. Bagi yang belum paham, tidak akan mubadzir. Bagi yang sudah
paham, maka ini akan mengokohkan kegigihan mereka.
Semua
tinggal cara pandang seseorang terhadap qadhiyah mashiriyahnya. Dan
permasalahan utama kaum muslim saat ini, bukanlah masalah fikih, tetapi
tegaknya kehidupan Islam dalam bingkai khilafah Islam.
Dakwah
untuk melanjutkan Islam juga tidak bisa dikatakan membebani orang.
Sebab setiap kewajiban tidak akan bisa dipandang sebagai sebuah beban.
Ilmu Islam itu memang banyak. Dan setiap orang wajib untuk
mempelajarinya. Sehingga tidak bisa dikatakan membebani orang ketika
kita menyampaikan ilmu-ilmu Islam. Kita hanya menegaskan bahwa ilmu-ilmu
Islam itu banyak, dan setiap muslim memang wajib mempelajari. Tidak ada
istilah membebani. Sebab kita tidak menambah-nambah satu hukum atau
satu ilmu. Kita hanya menyerukan saja, bahwa umat Islam memang wajib
menuntut ilmu (baik itu fikih, ibadah, muamalah, dan lain sebagainya).
Masalah orang meerima atau tidak, itu pilihan mereka bukan urusan kita.
Urusan kita hanyalah menyampaikan saja.
Lalu bagaimana
dengan dakwah di bidang yang lain? Seperti kesehatan, pendidikan, dan
lain sebagainya seperti yang dilakukan banyak orang termasuk orang
kafir?
Benar, bahwa permasalahan umat Islam sudah sangat
kompleks. Sehingga ada yang berpendapat hendaknya umat Islam mempelajari
bidang-bidang tertentu untuk berdakwah di bidangnya tersebut. Ini
benar. Memang seperti inilah adanya. Tetapi tetap saja, konten atau
materi yang didakwahkan memang harus qadhiyah mashiriyah. Orang Islam
mempelajari kesehatan, bukan untuk menarik agar orang masuk Islam dengan
kebaikan-kebaikan pelayanan yang dia berikan. Tetapi, dengan
mempelajari bidang kesehatan hendaknya seorang muslim bisa menjadikannya
sebagai salah satu bahan (media) untuk mendakwahkan islam dalam bidang
kesehatan.
Bagi orang Islam, dakwah dalam bidang apapun
tidak masalah. Asal dia memahami betul hakikat qadhiyah mashiriyahnya.
Jika dia berdakwah melalui dunia pendidikan, maka dia akan menyampaikan
bagaimana Islam menyelesaikan permasalahan dalam bidang pendidikan, apa
kurikulumnya, pengurusannya, dan sebagainya. Demikian pula dalam bidang
kesehatan. Dia akan mendakwahkan bagaimana cara Islam menyelesaikan
permasalahan di bidang kesehatan, hukum operasi kulit, hukum perubahan
kelamin, pengelolaan dan pembiayaan kesehatan oleh negara, dan
sebagainya.
Sedangkan orang kafir, sebenarnya mereka
tidaklah berdakwah bergerak di bidang kesehatan, pendidikan dan lain
sebagainya. Mengapa? Sebab, pendidikan, kesehatan, dan semuanya itu
hanyalah sarana berdakwah, bukan sesuatu yang didakwahkan. Sebab, dalam
Injil (atau kitab suci agama lain) tidak pernah dijelaskan bagaimana
memandang suatu permasalahan.
Sebagai contoh adalah dan
kesehatan. Injil tidak pernah membahas bagaimana kesehatan itu harus
diatur. Tidak. Tidak akan ditemukan di sana. Sekalipun Injil lebih tebal
daripada Alquran, tetapi tidak pernah ditemukan bagaimana cara Kristen
menyelesaikan problem di bidang kesehatan.
Sebab, ketika
orang-orang Kristen membangun rumah sakit-rumah sakit atau
sekolah-sekolah Kristen, itu hanyalah sarana untuk mengkristenkan orang.
Melalui dua bidang itu, mereka berupaya mengkristenkan orang. Baik itu
dengan kurikulum untuk bidang pendidikan, atau dengan
‘kebaikan-kebaikan’ pelayanan dalam bidang kesehatan. Sehingga mereka
berharap, dari situ akan ada orang yang mau diajak masuk Kristen dan
meninggalkan ajaran agama mereka.
Dari sini, jelas sekali
perbedaan yang dituntut Islam dan yang dituntut Kristen. Yang dituntut
Islam adalah kesadaran orang untuk masuk Islam. Setelah melalui proses
berpikir yang mendalam, kemudian mereka sadar bahwa mereka harus masuk
Islam. Seperti inilah yang ditempuh Rasulullah saw. Ingat, Islam itu
bukanlah agama doktrin.
Islam tidak pernah mengajarkan
agar umatnya untuk berdakwah dengan cara berakhlak, kemudian setelah itu
orang yang mengetahui kebaikan akhlak Islam, maka akan ada orang masuk
islam. Tidak. Islam tidak seperti itu. Rasulullah saw. berakhlak baik,
bukan agar orang masuk Islam. Tetapi ketika Rasulullah berakhlak baik,
itu hanyalah melaksanakan perintah Allah. Kalaupun ada orang yang masuk
Islam, karena mengetahui kebaikan akhlak Rasulullah, mereka juga masih
harus dituntut kesadarannya bahwa Islam memang agama yang benar. Bukan
setelah masuk Islam karena kagum akan akhlak Rasulullah, kemudian
selesai. Tidak. Tidak demikian. Semuanya butuh yang namanya kesadaran.
Tetapi
tidak bagi orang-orang Kristen. Mereka membiayai orang Islam untuk
sekolah, kuliah, atau menggratiskan kesehatan di rumah sakit-rumah sakit
Kristen, itu hanyalah merupakan doktrin. Orang-orang Islam yang masuk
atau kagum akan sikap orang-orang Kristen ini, sebenarnya tidaklah paham
dan mantap keyakinannya. Mereka hanya kagum untuk sesaat saja.
Ada
juga orang yang ‘berdakwah’ dalam bidang seni seperti adanya
nasyid-nasyid atau grup band yang ‘Islami’ seperti Wali atau grup band
yang menghasilkan album religi. Mereka berasumsi, bahwa dengan cara
seperti itu mereka akan dapat mengubah seseorang dari yang
kepribadiannya tidak Islami menjadi orang yang memiliki kepribadian
Islami. Asumsi ini kurang tepat. Kesimpulan ini didasarkan pada asumsi,
‘ketika orang mendengar nyanyian religi, maka dia akan mampu
mengapresiasikan diri dalam hal-hal yang sifatnya keagamaan’. Asumsi ini
tidak tepat.
Lihatlah orang-orang yang menyanyikan
lagu-lagu religi itu. Adakah terlihat dari pola sikap dan pola pikirnya
setelah mereka menyanyikan album religi? Justru itu sekarang malah
menjadi bisnis tersendiri yang mampu meraup berbagai keuntungan materi.
Jika
dibilang positif, memang keberadaan nasyid-nasyid itu memang positif.
Tetapi dari sisi keefektifan dakwah, jelas hal tesebut jauh. Lihatlah
ustadz-ustadz yang suka menyanyikan lagu religi itu. Jika ditanya
bagaimana pandangan mereka tentang penerapan hukum Islam, apa yang akan
mereka katakan? Bahkan selama ini tidaklah pernah terdengar bagaimana
ustadz-ustadz dan grup-grup band yang suka menyakikan lagu religi itu
menyanyikan lagu bertma penerapan syariat Islam, melangsungkan kehidupan
Islam, tegaknya khilafah Islamiyah, dan lain sebagainya.
Rata-rata
nasyid-nasyid itu kebanyakan hanyalah nasyid yang banyak membahas
tentang akhlak dan pembinaan diri. Tetapi, pembinaan diri itu pun tidak
dibarengi dengan peningkatan kualitas kesadaran diri akan pentingnya
penerapan syariat Islam.
Namun demikian, sah-sah saja orang berdakwah dengan uslub apa pun, selama tidak melanggar syariat, termasuk melalui musik.
Demikianlah jawaban saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar